Ditulis oleh : Arin Fazriatul

Hallo Brightizen! Kali ini Brightmin akan bahas seputar culture shock yang mungkin kamu alami saat berkunjung ke Jerman. Yuk cari tahu informasi selengkapnya berikut ini!

Semua perbedaan yang ada diantara Jerman dan Indonesia terbilang cukup kental. Mulai dari perbedaan iklim, budaya, cuaca, kebiasaaan orang-orangnya hingga makanan. Ketika kamu ingin berpindah tempat seperti ke kota baru, ataupun negara baru, kamu membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi agar tetap bertahan hidup. Adaptasi adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungan baru. Dalam proses penyesuaian diri kamu akan melalui yang namanya culture shock.

Culture shock dapat diartikan sebagai “gegar budaya”. Ketika kamu belum mengenal suatu budaya, kamu akan terkejut dengan budaya tersebut karena budaya itu sangat berbeda dengan budaya yang kamu miliki, sehingga kamu harus mulai membiasakan diri dengan budaya baru. Terkadang, gegar budaya yang kamu alami bisa saja merupakan hal yang menyenangkan atau bahkan hal yang ingin kamu hindari karena tidak nyaman. Singkatnya, culture shock adalah kamu terkejut dengan budaya baru yang kamu ketahui di daerah lain. Gegar budaya bukanlah hal yang buruk, dengan adanya gegar budaya, kamu jadi bisa melihat suatu negara dari perspektif lain, dan hal itu sangatlah baik karena dapat membuka wawasan kamu terhadap hal baru. Dan bukan tidak mungkin jika kamu akan terbiasa hingga akhirnya nyaman dengan gegar budaya yang kamu alami.

Brightmin akan menjabarkan apa saja culture shock yang mungkin bisa kamu alami ketika kamu ada di Jerman nih, siap-siap menyimak ya?

  1. Tumpukan Baju Gratis

Ketika kamu berkunjung ke Kota Berlin, Mönchengladbach atau Münster kamu akan terkejut ketika menemukan bahwa banyak pakaian yang akan disimpan begitu saja di depan rumah atau bahkan trotoar depan rumah. Hal ini ternyata merupakan kemurahan hati Orang Jerman, upaya tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menyumbangkan pakaian dan pakaian tersebut dapat diambil oleh siapa saja yang “membutuhkan”. Biasanya pakaian yang disumbangkan adalah pakaian musim dingin. Pakaiannya disimpan dengan rapih atau bahkan menggunakan box agar tidak kotor. Kalo kamu bukan orang yang benar-benar membutuhkan, jangan diambil ya? Dan jangan juga kamu injak atau kotori. Biarkan saja, oke?

Buku gratis di halte bus? Iya! Kamu nggak salah baca, Brightizen. Pemandangan ini banyak ditemukan di pusat Kota Münster. Terdapat rak-rak buku di halte bus dengan genre buku yang berbeda-beda. Kamu bisa ambil buku ini tanpa bayar alias G R A T I S!! Orang Jerman memang dikenal sebagai orang dengan tingkat literasinya yang tinggi, orang-orang sering terlihat membaca buku dimanapun, baik di taman kota, bus bahkan café! Buku-buku tersebut snegaja disimpan di halte bus agar semua orang bisa membaca buku tanpa terkecuali, baik dari kalangan miskin ataupun kaya. Khususnya orang-orang yang mungkin tidak mampu untuk membeli buku

Jerman adalah salah satu negara yang serius untuk menangani sampah. Hal ini terlihat dari bagaimana pemerintah membuat aturan untuk membedakan setiap sampai di tong yang berbeda. Biasnaya kategori sampah di jerman dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu sampah gelbersack (sampah yang bisa didaur ulang), biomüll (sampah rumah tangga organik), restmüll (sampah non organik), papiermüll (sampah kertas). Juga terdapat jenis sampah-sampah lain yang mungkin akan dpisahkan oleh warganya seperti sampai pakaian bekas, barang rumah tangga yang sudah tidak terpakai hingga sampah botol berdasarkan warna. Kamu harus terbiasa membuang sampah pada tempatnya ya, kamu akan dibenci jika kmau membuang sampah sembarangan, bahkan kamu bisa dilaporkan ke polisi karena sembarangan membuang sampah.

Di Indonesia, hari minggu identic dengan hari libur, bersenang-senang dan hangout bersama teman. Tapi tidak untuk Jerman. Pada hari minggu, di Jerman semua toko tutup, mungkin ada beberapa toko yang buka, tapi hanya di kota-kota besar saja, itupun tidak semua, hanya toko di stasiun kereta dan pom bensin yang buka. Jika kamu berada di pedesaan, maka kamu harus bersiap-siap membeli bahan makanan dari hari sebelum-sebelumnya agar tidak keroncongan. Bagi orang-orang Jerman, hari minggu adalah hari untuk beristirahat.

Ruang privasi di Jerman itu cukup tinggi, bahkan antar tetangga hanya saling kenal aja, tidak dekat. Beda sekali dengan Indonesia yang kita bisa sampai mengetahui aktivitas tetangga kita ya, hehe. Apalagi untuk bertanya hal-hal pribadi lainnya seperti, single atau married, duh jangan deh! Hal ini karena ruang privasi mereka besar, mereka tidak mduah percaya pada orang lain. Jadi, jangan coba-coba sok akrab dengan mereka ya, bisa-bisa kamu dilaporkan ke polisi karena dianggap meresahkan dan mengganggu lho.

Buat cewek-cewek, hayo ngaku kalo ngedate biasanya dibayarin doi kan? Nah, ini nggak berlaku di Jerman guys! Di Jerman terbiasa untuk membayar makan masing-masing, dan orang-orang juga tidak akan berpikir kamu pelit jika tidak mentraktir. Kecuali, jika kamu mengundang orang-orang untuk datang makan bersama dengan tujuan merayakan sesuatu, itu wajar jika orang yang mengundang mentraktir makanan yang kamu pesan yaa. So… jangan kepedean udah di traktir ya? Hehe.

Berbeda dengan Indonesia yang memiliki transportasi yang massif, seperti bus, ojek, becak, bajaj, hingga taxi. Di Jerman, orang-orang lebih menyukai berjalan kaki atau bersepeda, hal ini juga didukung dengan trotoarnya yang nyaman sehingga orang-orang terbiasa untuk berjalan kaki. Jika memang jarak tempuh perjalanan sangat jauh, mereka akan menggunakan mobil.

Indonesia adalah surga untuk kuliner, dari pagi hingga malam selalu saja ada yang berjualan, mulai dari kaki lima, minimarket, hingga supermarket, dapat dikatakan bisnis kuliner Indonesia berjalan selama 24 jam. Apalagi jika di pusat kota, yang berjualan akan berjejer sehingga membuat konsumen kalap memilih makanan yang diinginkan. Di Jerman, pusat perbelanjaan ataupun toko kecil akan tutup pada jam 8 malam, merke biasa membuka toko dari jam 7 pagi. Kecuali, jika kamu pergi ke tempat wisata, ada beberapa yang buka hingga jam 10 malam.

Itu dia delapan budaya di Jerman yang bisa membuat kamu mengalami gegar budaya. Ingat ya, gegar budaya bukanlah hal yang buruk, dengan mengetahui budaya lain kamu bisa memahami perbedaan sudut pandang dari orang-orang dari belahan dunia lain. Dengan belajar budaya baru kamu bisa memiliki wawasan yang luas dan pikiran yang terbuka. Gimana Brightizen? Udah makin kesemsem sama Jerman? Di Bright Education Indonesia ada lho program sekolah dan bekerja di Jerman, Namanya Ausbildung, bahkan Bright Education Indonesia udah berhasil memberangkatkan lebih dari 300 orang ke Jerman. Wah mantap banget kan? Tunggu apa lagi? Sikat program Ausbildung dari Bright Education Indonesia!

Leave a Reply

Your email address will not be published.