Oleh: Drs. Kamajaya, M.Pd
(Guru SMKN 1 Losarang Indramayu)
(Pembina Bright Education Indonesia Wilayah Jawa Barat)
Seperti kita ketahui dan pahami bersama bahwa lulusan pendidikan vokasi diharapkan mereka dapat melakukan BMW (Bekerja, Melanjutkan, dan Wirausaha), namun dalam pelaksanaannya tidak mudah dilakukan karena situasi dan kondisi ketenagakerjaan yang belum sepenuhnya kondusif, untuk mendapatkan pekerjaan perlu perjuangan ekstra keras mengingat tingkat persaingan yang sangat ketat di masa pandemi.
Tantangan apa saja dalam memasuki dunia kerja saat ini?
Berdasarkan keterangan BPS (Badan Pusat Statistik), bahwa jumlah angkatan kerja pada Agustus 2021 sebanyak 140,15 juta orang, dan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 131,05 juta orang, itu artinya ada sekitar 9,1 juta orang yang masih belum memperoleh kesempatan kerja dari Tahun 2021.
Dimana pihak Kemnaker memproyeksikan hingga akhir tahun 2022 ini bakal ada 2.819 perusahaan yang gulung tikar dan 143.065 orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), selain itu Kemnaker juga meramal akan ada 1,07 juta orang yang dirumahkan, ramalan tersebut dibuat berdasarkan tinjauan Dinas Ketenagakerjaan terkait permasalahan hubungan industrial akibat covid-19.
Sementara setiap tahun lulusan SMK cenderung konstan, kalaupun ada kenaikan tidak terlalu signifikan, seperti Tahun Ajaran 2020/2021 lalu, lulusan pendidikan vokasi menengah tercatat sekitar 1,63 juta orang, dengan rincian sebanyak 702.517 orang dari sekolah Negeri dan 929.755 orang dari sekolah swasta, dan untuk Tahun 2022 jumlah lulusan cenderung mengalami kenaikan.
Dari keterangan angka angka di atas, maka calon freshgraduate tahun 2022 akan menghadapi permasalahan keterserapan yang cukup serius, diperlukan perjuangan ekstra keras untuk memperoleh kesempatan kerja yang tersedia.
Bagaimana dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?
Fokus utama proyeksi lulusan pendidikan vokasi menengah khususnya diarahkan untuk bekerja, sehingga prosentase mereka yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi relatif kecil, dengan adanya pendidikan vokasi Politeknik di berbagai tempat diharapkan dapat menyerap lulusan SMK, sehingga volume mereka yang melanjutkan bisa lebih besar, walaupun biaya kuliah dan living cost (bagi mereka yang berasal dari luar kota) tidaklah sedikit, setelah nanti mereka lulus harus tetap berjuang untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Wirausaha?
Mengenai masalah penempatan lulusan yang diproyeksikan untuk berwirausaha, atau menjadikan mereka juragan muda (The young entrepreneurship) merupakan goal besar yang menjadi sasaran pendidikan vokasi, karena mereka sebelumnya telah dibekali dengan penguasaan kompetensi sesuai dengan minat dan bakatnya (sesuai passion mereka), namun dalam kenyataannya para freshgraduate tidak mudah untuk melakukannya langsung terjun sebagai The young entrepreneurship yang disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya, untuk dapat menumbuh kembangkan jiwa entrepreneur pada mereka perlu dari sejak awal saat masuk ke dunia vokasi dibiasakan untuk memperoleh pembelajaran yang bersifat PBL (Project Base Learning) yang dapat mengasah softskill dan hardskill sesuai dengan budaya kerja Industri, sehingga diharapkan dengan kompetensi dan motivasinya untuk melakukan wirausaha mandiri tumbuh kuat dan dapat menggeser keinginannya untuk bekerja di Industri sebagai seorang karyawan.
Beberapa pernyataan penting yang perlu mendapat perhatian para pegiat vokasi, al:
Pernyataan pertama datang dari orang nomor satu dunia vokasi Indonesia yaitu bapak Wikan Sakarinto selaku Dirjen Diksi, dalam suatu kegiatan webinar yang dilakukannya dengan beberapa Atase Dikbud dari wilayah Eropa (Jerman, Perancis, Belanda, London) yang disiarkan melalui channel youtube CNBC (05/11/2020), yang membahas seputar pentingnya peningkatan kualitas lulusan pendidikan vokasi dalam menjawab tantangan ekonomi Nasional dan Internasional, beliau sangat mengharapkan:
“Lulusan pendidikan vokasi dapat menjadi generasi pemimpin dunia di masa depan, agar tak hanya jadi teknisi, tapi bisa jadi pemimpin handal yang dapat membawa indonesia menuju global”.
Pernyataan lainnya datang juga dari Gubernur Sumatra Barat Buya Mahyeldi saat meresmikan gedung kantor baru SMKN 4 Payakumbuh (10/01/22), beliau sampaikan bahwa:
“Sekolah adalah tempat mencetak generasi muda calon pemimpin bangsa masa depan”.
Dari dua pernyataan di atas, menunjukkan betapa pentingnya sekolah/ pendidikan vokasi untuk mempersiapkan generasi muda yang diproyeksikan untuk bisa menjadi pemimpin bangsa di masa depan terutama saat Indonesia Emas 2045 yad.
Kenapa program Ausbildung & Beruf perlu dipertimbangkan?
Dari uraian yang disampaikan di atas, satu sisi calon freshgraduate menghadapi permasalahan terkait kebekerjaan yang terjadi di dalam negeri, disisi lainnya sebagai generasi muda dituntut untuk dapat menerima estafet kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang, maka program Ausbildung & Beruf (Pendidikan Vokasi yang Dibayar) bisa menjadi salah satu solusi yang dihadapi oleh generasi muda Indonesia, karena Jerman saat ini sangat membutuhkan tenaga kerja asing untuk bekerja di negaranya.
Program Ausbildung & Beruf sendiri merupakan pendidikan vokasi dan profesi yang dilaksanakan selama tiga tahun yang akan mencetak seorang Ahli (Fachraf) yang bisa bekerja di Jerman dan atau kawasan Eropa lainnya sebagai tenaga ahli dengan penghasilan kisaran 1500 – 2000 euro per bulan (lihat kurs), atau lulusan Ausbildung & Beruf juga sangat dimungkinkan untuk melanjutkan pendidikan Akademis-nya ke University (S1, S2 & S3) di Jerman, dan apabila Azubi memutuskan untuk kembali ke Tanah Air mereka bisa berprofesi sebagai The young entrepreneurship dan atau yang lainnya yang sifatnya sebagai seorang pemimpin di bidang yang digelutinya.
Benefit lainnya yang diperoleh peserta dalam mengikuti program Ausbildung & Beruf, al: Azubi (peserta program) dapat menguasai bahasa Jerman sebagai bahasa Asing lain selain Bahasa Inggris, wawasan/ pergaulan/ koneksi Internasional yang sangat diperlukan sebagai calon seorang pemimpin, tempat tinggal (apartement), asuransi, uang saku rata rata (750 – 1000 euro per bulan), dll.
Melalui program Ausbildung & Beruf di Jerman diharapkan terjadi adanya peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia secara global dapat diwujudkan lebih cepat, dalam rangka memperbaiki taraf kesejahteraan hidup yang sekaligus dapat mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin.
Semoga melalui uraian catatan ini, baik satuan pendidikan dan atau peserta didik calon freshgraduate/lulusan vokasi khususnya dapat mempertimbangkan program Ausbildung & Beruf di Jerman sebagai program unggulan pendidikan vokasi yang dapat menghantarkan calon generasi muda Indonesia menerima estafet kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang.
Dikutip dari: http://beritadisdik.com/news/kaji/mengapa-harus-ausbildung—beruf