Oleh: Drs. Kamajaya, M.Pd
(Guru SMKN 1 Losarang Indramayu)

(Pembina Bright Education Indonesia Wilayah Jawa Barat)

Pada masa pandemi covid 19, masalah penempatan para lulusan menengah di dunia usaha dan industri menjadi sesuatu yang seksi untuk diperhatikan, mengingat banyaknya perusahaan yang tutup sementara bahkan sampai tutup secara permanen. Penyebabnya perusahaan sulit mengeluarkan barang hasil produksi, yang berakibat pada kesulitan masalah keuangan perusahaan dalam pembiayaan. Karyawan yang belum habis masa kontraknya saja sampai harus dirumahkan dan sebagian perusahaan yang masih beroperasi belum mau melakukan rekrutmen karyawan baru. Dengan demikian, keterserapan lulusan freshgraduate mengalami tantangan cukup besar dalam memasuki dunia kerja.

Di Indonesia dengan jumlah angkatan kerja yang besar dengan kapasitas industri yang mampu menyerap tenaga kerja minim, menjadikan ketenagakerjaan sebagai masalah klasik yang tidak pernah tuntas. Terjadi ketidakseimbangan antara supply (lulusan pencari kerja) dan demand (industri yang bisa menyerap), lebih besar supplay dibandingakan demand.

Sementara di belahan dunia lain seperti di Jerman yang jumlah penduduk tidak terlalu besar, dengan tingkat kesejahteraan yang baik, jumlah industrinya banyak. Kondisi ini menyebabkan lulusan menengah Jerman cenderung untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi ke University yang sesuai dengan keinginan mereka dalam penguasaan IPTEK. Sementara bagi lulusan menengah Jerman yang ingin cepat memperoleh pekerjaan, mereka diarahkan untuk mengikuti pendidikan keprofesian atau yang dikenal dengan istilah program Ausbildung yang menerapkan sistem pendidikan Link and Match.

Ausbildung

Negara Jerman memiliki sistem pendidikan kejuruan yang dinamakan duale Ausbildung atau di kalangan internasional disebut sebagai dual system. Pendidikan kejuruan memberikan kualifikasi tambahan bagi kaum muda dan menjamin kebutuhan tenaga kerja di masa depan. Melalui sistem pendidikan ini Jerman memiliki jumlah pengangguran yang paling sedikit pada kategori umur produktif dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lainnya. Prinsip pendidikan kejuruan di Jerman adalah para pelajar langsung belajar praktek di perusahaan, lalu selama satu atau dua hari dalam seminggu mereka mendapat pelajaran di sekolah kejuruan (Berufschule) dan dalam setahun mereka memperoleh hak cuti sebanyak 24 hari.

Yang menariknya adalah dalam sistem pembelajaran Link and Match pihak perusahaan tempat praktek memberikan banyak fasilitas termasuk uang saku bagi para Azubi (sebutan peserta program Ausbildung). Program Ausbildung dilaksanakan selama 3 tahun dan sesudahnya para Azubi memperoleh kesempatan bekerja dengan penghasilan 1500 – 2000 euro bahkan bisa lebih tergantung di provinsi mana Azubi mengikuti pendidikan Ausbildung.

Cukup banyak pilihan yang ditawarkan dalam pendidikan keprofesian ini, mulai dari pembuat jam klasik, pembuat busur, hingga pengembang software teknik matematik yang modern, Gastronomy. Terdapat 327 jenis pekerjaan kejuruan siap dipilih dan menawarkan prospek yang baik untuk perjalanan karier yang sukses. Pendidikan kejuruan memiliki kesetaraan dalam dunia pendidikan. Dari program Ausbildung ini para Azubi ada yang menjadi ahli, teknisi atau wiraswasta menjanjikan peluang karier yang sangat beragam dan potensial. Saat ini dunia kerja sangat berubah cepat, sehingga dibutuhkan koneksi antara pendidikan teori dan praktek (Link and Mattch).

Awalnya program Ausbidung ini hanya diperuntukkan bagi kaum muda Jerman saja, namun seiring dengan perjalanannya waktu dan  mengingat masalah kurangnya jumlah angkatan kerja, Jerman mengalami masalah kekurangan supply tenaga kerja sementara jumlah industri cukup banyak. Maka sejak tahun 2017 lalu Jerman membuka diri bagi kaum muda negara lain untuk mengikuti program Ausbildung di Jerman. Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan oleh para lulusan dari Indonesia dalam memperoleh kesempatan kerja.

Persyaratan Mengikuti Program Ausbildung

Untuk mengikuti program Ausbildung bagi peserta dari negara lain di luar Jerman, pemerintah Jerman mempersyaratkan bagi kaum muda yang berminat mengikuti program ini, antara lain:

1.         Lulusan menengah SMK/SMA

2.         Usia antara 18 – 30 Tahun

3.         Laki laki/Perempuan

4.         Memiliki sertifikat penguasaan bahasa Jerman level B1 yang dikeluarkan oleh Goethe Institut

5.         Mengenai masalah keadaan fisik tidak terlalu diutamakan.

Persiapan yang diperlukan oleh calon Azubi

Setelah segala persyaratan dapat dipenuhi, maka langkah berikutnya adalah mempersiapkan segala sesuatunya bagi kepentingan proses menuju Jerman dalam mengikuti program Ausbildung, antar lain:

1.         Biaya kursus intensif bahasa Jerman dari A1 sampai lulus B1 selama 6 Bulan. Apabila tidak lulus ujian dapat tetap mengulang pembelajaran sampai lulus dengan syarat & ketentuan yang  berlaku. (Agency dalam penanganannya berbeda-beda)

2.         Biaya buku paket pelajaran A1, A2 dan B1.

3.         Biaya ujian satu kali level B1 di Goethe-Institut. Bagi mereka yang tidak lulus dalam satu kali ujian, mereka dapat mengikuti ujian ulang dengan membayar biaya ujian yang dibayarkan ke Goethe-Institut oleh masing-masing peserta.

4.         Penerjemahan dokumen ke bahasa Jerman oleh Agency

5.         Biaya pembuatan Visa

6.         Biaya pembekalan/workshop Ausbildung

7.         Biaya pengurusan dokumen

8.         Biaya asuransi perjalanan Indonesia – Jerman

9.         Tiket pesawat one way Indonesia – Jerman

Persiapan tersebut dibantu oleh pihak Agency yang ada di Indonesia dalam menangani proses persiapan.

Rekomendasi Agency yang berpengalaman dalam menangani program Ausbidung di Jawa Barat:

BRIGHT EDUCATION INDONESIA

(Direktur, Astria Dewi)

1.         Kampus 1

Jl. Sukarajin I No.1, Pasirlayung, Kec.Cibeunying Kidul

Kota Bandung – Jawa Barat 40125

2.         Kampus 2

Sari Asih Residence No.1, Sarijadi, Sukasari

Kota Bandung – Jawa Barat 40151

Dikutip dari: Berita Disdik – PROGRAM AUSBILDUNG DI JERMAN MEMBANTU KETERSERAPAN LULUSAN MENENGAH